Rabu, 17 Juni 2015

19

Hellooooooooooooooooo

ampun dah.

Setelah akhirnya kamu mengira tidak akan pernah bisa melewati semuanya-toh akhirnya bisa juga. Dan hei, tuhan begitu baik padamu-masih memberikanmu nikmat bernafas dan menulis ini. 

Selamat tanggal 17 Juni yang ke-19!

***

Sebelumnya,
ada banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu-tetapi ah sepertinya kita sudah terlalu banyak berbicara pada tiap-tiap malam.

18 tahun yang indah bukan?
Kau bertemu banyak orang baru tahun ini-meskipun sebagian besar dari mereka tidak sebaya denganmu dan tidak juga menenteng buku dan laptop sambil berbicara padamu mengenai tugas-tugas kuliah tetapi malah membicarakan tentang laporan mingguan yang salah, pelanggan yang tak ramah dan kepanikan karena pesanan barang tak kunjung datang.

18 tahun yang indah bukan?
Merasakan memegang gaji pertama dan bisa bangun lewat dari pukul setengah 7 tanpa harus merasakan kepanikan. Bisa pergi dengan baju bebas terbaik yang menurutmu pantas kamu kenakan hari itu tanpa harus mengenakan kemeja putih yang kadang kerap membuatmu merasa cupu.

18 tahun yang indah bukan?
Bisa mulai membeli beberapa hal yang kamu suka dengan hasil kerja kerasmu sendiri tanpa harus merengek terlebih dulu kepada orangtua. Bahkan bisa berbagi kepada mereka pula.

18 tahun yang indah bukan?
Mengenal beberapa teman baru dan juga kehilangan beberapa teman lama. Kamu sedikit demi sedikit akhirnya bisa mendefinisikan dengan baik apa itu teman dan sedikit banyak belajar agar bisa berarti bagi hidup orang lain.

18 tahun yang indah bukan?
Tetapi meskipun indah, kamu tidak mau selamanya akan seperti ini kan?

***

Di hari terakhirmu berusia belasan ini, apa yang akan kau lakukan?

Tadi pagi kamu mengawali hari dengan sesuatu yang sehat-Buang air besar. Beberapa ahli menyebutkan BAB di pagi hari itu sesuatu yang bagus bukan? Nah kuharap 19 tahunmu juga demikian. Berjalan dengan lancar dan baik-baik saja,kawan.
Di usia belasan terakhirmu ini, bisakah kau untuk lebih banyak mendengarkan dirimu sendiri?

Oh, bukan itu maksudku.
Aku tau setiap hari toh kamu memang mendengarkan dirimu sendiri- tetapi yang kuminta adalah sebenar-benarnya mendengarkan. 

Cobalah latih untuk berfikir panjang. Kepalamu itu keras sekali kalau diminta untuk memutuskan. Selalu kebingungan. Selalu bimbang dan ujungnya membuat keputusan yang salah. Ayolaaaaaaaahhh...

Di usia belasan terakhirmu ini, bisakah kau untuk lebih banyak meluangkan waktu bersama keluargamu?

Waktu berlalu sangat cepat, kau tau itu bukan kawan? Dan hei, jangan pernah main-main dengan mereka. Dalam sekejap mata-kau tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi termasuk bila seandainya saja tiba-tiba kau kehilangan keluargamu bahkan dengan cara yang paling aneh sekalipun.

Selalu luangkan waktu untuk mereka di akhir pekan-dan bukannya malah kau habiskan waktumu dengan kekasihmu. Setidaknya kan pada hari-hari kerja kau sudah banyak meluangkan waktu untuk pekerjaanmu, sisihkanlah pula untuk keluargamu-suatu hal yang bisa kau sebut rumah; tempat kembali.

Akan kukatakan pula padamu agar jangan pernah kau tidak berpamitan pada orangtuamu setiap akan keluar rumah. Juga jangan pernah kau pergi dari rumah dalam keaadaan marah. Kau tau? aku habis kehilangan orang kesayanganku dan mengalami perpisahan dalam keadaan marah, ah rasanya tersiksa sekali kawan.

***

Hei,
Beberapa waktu lalu aku bertemu dengan 2 orang anak kecil laki-laki yang sedang menunggu pesanan siomay-nya dibuatkan, Kira-kira mereka berusia 4 dan 6 tahun. Kau tau apa yang mereka bicarakan sambil menunggu pesanan mereka dibuatkan?

Cita-citamu apa do?
Itu kata pertama yang akhirnya menimbulkan perdebatan diantara mereka.

Kau tau? kala itu aku hanya memandang mereka dengan tertegun sekaligus heran.

Benarkah mereka berusia 4 dan 6 tahun?

Tetapi terlepas dari itu semua, aku jadi tak lagi berselera untuk menyantap pesanan siomay-ku dan berfikir keras dalam hati.

Cita-cita.

Bagaimana dengan cita-citaku?

Dan, hei, bahkan apa cita-citamu,kawan???!!!

Uhm,
Hidup yang sungguh ajaib ya. Selama 18 kemarin, aku mengalami banyak hal dalam hidup dan entah mengapa sudah tak ingat lagi dengan apa yang aku cita-citakan, Bagaimana denganmu?

Di usia terakhir belasanmu kali ini, bersediakah kau untuk memikirkan kembali cita-citamu?

Dan
Berusaha
Untuk
Membuatnya
Menjadi
Nyata?

Aku sendiri,,,entahlah.
Yang ada di fikiranku tiap ada orang yang mengatakan cita-cita...sepertinya masih berkabut. Belum terbayang dengan jelas.

Aku hanya ingin hidup- dengan menghasilkan sebanyak-banyaknya manfaat yang berguna bagi kehidupan orang lain. Dan tetap bisa juga membeli buku-buku yang kusuka setiap bulannya.

Ampun.

Aku tidak bisa membedakan apa yang aku inginkan dan aku butuhkan :'(

***

Jadi kawan,

Tidak peduli banyak atau tidaknya yang mengucapkan selamat mengalami pergantian usia padamu. Tidak peduli sebagaimana buruknya hari pertamamu,
berjanjilah padaku untuk tetap tersenyum.

Tetap percaya pada keyakinan-keyakinan yang selalu kau pegang teguh kebenarannya.

Kau tau, memang rasanya tidak mudah untuk tidak bersedih pada hari-hari sensitif seperti hari ini. Kecewa karena tidak banyak yang mengingat-padahal kamu telah berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi orang-orang. Tetapi tak apa. Barangkali orang-orang itu akan mengingatmu dengan cara yang lain.

Tak apa tak mendapat ucapan selamat ketika pergantian usiamu.
Setidaknya, semoga mereka mau membacakan doa dan yasin untuk hari kematianmu nanti.

Dan,
Ah,

Selamat menuliskan cerita usia belasan terakhirmu, kawan!

Aku sayang padamu, kau tau itu bukan?